Peran Kreativitas Anak Muda untuk Kemajuan Bangsa
NESIAPOS - Oleh: Laskar Badar Muhammad
Dalam suatu kesempatan, Bayu Skak, seorang content creator muda asal Malang sedang berbincang-bincang dengan capres Prabowo Subianto. Perbincangan di antara keduanya diabadikan oleh Bayu lewat video vlog-nya yang di kemudian hari tersebar di jagat sosial media.
Di dalam perbincangan tersebut arahnya lebih kepada Bayu yang sedang menyuarakan keluh kesahnya terhadap dunia kreativitas anak muda hari-hari ini. Nampaknya Bayu punya harapan besar kepada presiden yang akan terpilih nantinya bisa lebih peduli dengan dunia kreativitas anak-anak muda bangsa.
Perbincangan yang menurut penulis sangat menarik untuk diketahui anak muda pada umumnya dan khususnya yang fokus dalam bidang seni dan kreativitas. Bayu memulai dengan pertanyaan apakah pak Prabowo tahu serial animasi “One Peace?” Di luar dugaan, pak Prabowo menjawab tahu meskipun tidak terlalu mengikutinya. Jawaban yang semakin membuat Bayu jadi semakin sumringah untuk memaparkan ide-idenya.
Berawal dari pertanyaan tersebut Bayu kemudian menjelaskan bagaimana cerdasnya Jepang dalam membalas sekutu yang sudah memporak-porandakan Hiroshima dan Nagasaki. Jepang lebih memilih untuk membalas dengan cara yang berbeda tapi cukup punya dampak yang signifikan. Astro Boy.
Jepang lebih memilih membuat sebuah serial animasi bernama “Astro Boy” yang kala perilisannya banyak diminati oleh anak-anak di Amerika. Perlahan namun pasti Jepang terbilang sukses melakukan “ekspansi” budayanya melalui Astro Boy ke negara Amerika dan sekutunya bahkan seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Dari situlah budaya Jepang mulai dikenal oleh dunia. Mulai dari pakaian, makanan, film, dan gaya hidup dll. Kondisi yang demikian itu masih bertahan hingga kini bahkan semakin hari semakin masif. Kini bahkan event jejepangan berjamuran di sana-sini, di Indonesia apalagi. Para wibu dan otaku sudah semakin percaya diri menampilkan jati dirinya sebagai si paling Jepang.
Begitu pula dengan Korea. Negeri ginseng tersebut juga telah berhasil memperkenalkan budayanya dengan cara yang hampir sama dengan Jepang. Kini yang namanya boyband ataupun girlband Korea sudah mampu bersaing dengan musisi top papan atas dunia. Bahkan dunia pernah terjadi wabah demam K-Pop dengan kehadiran Gangnam Style-nya pada saat itu.
Poin inilah yang kemudian ingin disampaikan Bayu kepada pak Prabowo. Bahwasanya kita bisa meniru cara Jepang atau Korea sehingga budaya Indonesia bisa dikenal dunia. Sehingga generasi muda Indonesia tak lagi merasa minder dengan budayanya sendiri. Sehingga generasi muda Indonesia bisa berbangga dengan budayanya sendiri. Sehingga generasi muda Indonesia bisa membabat habis syndrome inferiority complex yang selama ini telah bercokol turun-temurun di kepala masyarakat Indonesia.
Bayu menilai bahwa negara seperti Jepang dan Korea punya strategi budaya yang mana itu belum dimiliki Indonesia. Tentu saja strategi budaya tersebut bisa semakin mulus mencapai target dan mudah diterima oleh dunia dengan bantuan kreativitas anak-anak mudanya.
Namun sayang seribu kali sayang, support dan dukungan dari pemerintah belum ada. Anak-anak muda kreatif Indonesia masih harus berjibaku dengan fasilitas sendiri yang ala kadarnya untuk sekedar bisa merealisasikan ide kreatifnya yang cemerlang.
Maka tak heran di kemudian hari mereka menemukan kebuntuan sebab otak dan perut mereka tak sinkron. Anak-anak muda meninggalkan idealismenya yang mungkin saja tertanam dalam karya-karya kreatifnya. Mereka lebih dituntut untuk hidup serealistis mungkin sehingga menjadikan mereka budak-budak korporat dan kapitalisme.
Tak heran pula jika ide serta bakat cemerlang anak-anak muda Indonesia ternyata lebih laku dan lebih dihargai oleh orang di negeri seberang nun jauh di sana. Masyhur diberitakan bahwa karya anak bangsa Indonesia telah mendunia. Bahkan sekelas Hollywood, kiblatnya perfilman dunia, beberapa produksi filmnya pernah memakai jasa animator seorang pemuda asli Indonesia.
Menurut Bayu, potensi skill kreatif kelas dunia yang dimiliki anak-anak muda Indonesia sayang sekali jika disia-siakan begitu saja. Sudah saatnya pemerintah mendukung dan mempercayakan potensi-potensi tersebut kepada para pemuda bangsa agar tak raib atau malah dinikmati oleh orang di luar sana. Sudah saatnya kita sendiri yang menikmati itu semua.
Sejalan dengan spirit Bayu di atas, Pandji Pragiwaksono dalam tour stand up comedy-nya pernah menyampaikan; kini sudah saatnya anak-anak muda bangsa memproduksikan karyanya sendiri. Kebanyakan anak muda Indonesia masih lebih senang menjadi pekerja daripada berkarya. Sehingga keluarlah sebuah pernyataan Pandji yang sangat fenomenal; mulailah berkarya dengan prinsip “sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik.”
Menurut penulis, dua ide brilian dari Bayu maupun Pandji di atas sejatinya punya substansi yang sama. Tinggal bagaimana dua ide brilian itu harus terus digalakkan dan dijalankan secara simultan sampai terealisasi dalam langkah-langkah yang lebih konkret. Dengan demikian Indonesia Emas 2045 bukan lagi menjadi topik pembicaraan yang utopis macam pungguk merindukan bulan. Namun benar-benar menjadi suatu wacana yang akan kita gapai dengan penuh sukacita.
Catatan: Tulisan di atas bukan hendak mengkampanyekan salah satu calon presiden
* Penulis adalah pengasuh anak-anak yatim yang pernah menjadi anggota bidang tabligh IMM komisariat Pondok Hajjah Nuriyah Shabran
0 Komentar