NESIAPOS, YOGYAKARTA – Banyak orang bisa sampai pada puncak ilmu, tapi belum banyak yang bisa sampai pada puncak hikmah. Ungkapan ini disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir MSi dalam acara Peluncuran Buku bertajuk Filsuf Membumi dan Mencerahkan; Menyemai dan Menuai Legasi Pemikiran Amin Abdullah, Jumat (28/7).
Ketua Umum PP Muhammadiyah mengucapkam tahniah kepada Amin Abdullah atas diterbitkannya buku tersebut. “Semoga Mas Amin beserta keluarga diberi kesehatan dan berkah Allah SWT,” ucapnya, Jumat (28/7).
Haedar menceritakan, di Muhammadiyah ia mengenal Amin Abdullah sejak masih aktif di angkatan muda Muhammadiyah, hingga pada tahun 1995-2000 kembali bersama dalam kepengurusan PP Muhammadiyah, di mana Prof Amin menjabat sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam.
“Dalam perjalanannya, kita sampai pada apa yang hari ini kita lihat, Mas Amin masih produktif dalam pemikiran dalam forum Muhammadiyah maupun di luar Muhammadiyah,” kata Haedar, Jumat (28/7). Dia melanjutkan, "Belum ada tokoh Muslim yang mendapat gelar filsuf, baru Mas Amin Abdullah."
Haedar mengatakan, Prof Amin Abdullah memperoleh tempat sebagai pemikirnya pemikiran. Jadi, ini merupakan wujud pengakuan publik terhadap maqam pemikiran Prof Amin atas apa yang ia kerjakan.
Prof Amin, Haedar menilai, merupakan tokoh yang melampaui pemikiran orang lain dan zaman. "Harus ada orang-orang yang berpikir melampaui pemikiran orang lain dan melampaui zamannya, baik dalam konteks kehidupan sosial, kebangsaan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Haedar menegaskan, Muhammadiyah layak mengakui dan mengikrarkan Prof Amin Abdullah sebagai filsuf atau pemikirnya pemikir. “Karena beliau memperkenalkan dan menjadikan institusi tarjih ditambah dengan pemikiran Islam,” ungkapnya.
Menurut dia, pemikiran yang berkembang saat itu masih biasa dan berkutat pada status quo saja. Perubahan yang dilakukan Amin Abdullah merupakan satu langkah yang bagus. Sebab itulah Prof Amin layak diberikan predikat sebagai filsuf yang membumi dan mencerahkan. “Saya setuju dengan istilah membumi dan mencerahkan. Artinya, memahami dan dekat dengan realitas,” ungkapnya, Jumat (28/7).
KH Ahmad Dahlan Sang Mujadid
Dalam kesempatan itu, Haedar juga menjelaskan, Muhammadiyah sejak awal menghadirkan pemikiran Islam yang berkemajuan atau tajdid. KH Dahlan merupakan mujtahid dan juga seorang mujadid yang besar,” ungkapnya, Jumat (28/7).KH Dahlan, kata dia, memperkenalkan konsep pendidikan Islam modern, yang meskipun mengadopsi pendidikan Barat, tetap mengintegrasikan nilai-nilai ajaran Islam.
Selain itu, menurut dia, KH Ahmad Dahlan telah melakukan lompatan besar dengan memberdayakan kaum perempuan dalam Aisyiyah. Hal ini tidak dilakukan para pembaharu Islam lainnya. “KH Dahlan adalah seorang mujadid besar,” tutur Haedar.
Muhammadiyah, menurut dia, tidak mengategorisasikan dirinya dengan kategori yang kita kenal sekarang, modernis, reformis, dan sebagainya. Kategori itu melekat begitu saja karena melihat kiprah dan amal yang dilakukan Muhammadiyah. “Muhammadiyah adalah organisasi yang melampaui zamannya,” ungkapnya.
Selain itu, Haedar mengajak kaum muda untuk mencoba melangkah lebih jauh. Di tengah kondisi kehidupan kebangsaan yang kian kompleks, Haedar menawarkan pendekatan bayani, burhani, dan irfani untuk memahaminya. “Yakni proyek integrasi bayani, burhani, irfani dalam memahami ayat Al-Quran dan sunah makbullah. Juga dalam memahami pemikiran sosial dan budaya,” ucapnya, Jumat (28/7). (sho)
0 Komentar