NESIAPOS, JAKARTA - PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) membukukan utang Rp 4,6 triliun dari pembangunan proyek the Mandalika sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Salah satu dari proyek tersebut adalah pembangunan Sirkuit Mandalika. "Dalam pembangunan dan pengembangan kawasan ini membutuhkan biaya yang tidak kecil dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat, pemerintah daerah Lombok Tengah, dan stakeholder terkait," ujar Direktur Utama ITDC, Ari Respati melalui pernyataannya, Sabtu (17/6).
Menurut dia, jumlah utang terbagi atas dua term pembayaran, yakni utang jangka pendek senilai Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 3,4 triliun. Dia menjelaskan, pembangunan kawasan the Mandalika dimulai sejak 2015 sampai tahun 2020.
Dalam proses itu, ITDC telah memperoleh dukungan pendanaan dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai senilai Rp 750 miliar. Selain itu, ITDC juga memperoleh dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Himpunan Bank Negara (Himbara) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan total pinjaman yang telah dimanfaatkan sebesar Rp 3,4 triliun.
Pendanaan ITDC yang bersumber dari pinjaman bank saat ini masih terjaga kelancaran pembayarannya lantaran ditutupi sumber penghasilan The Nusa Dua dan bisnis lain perusahaan.
Untuk menjaga kelangsungan usaha dan likuiditas keuangan ITDC ke depan, Ari menyebut pihaknya akan melakukan terobosan bisnis, seperti mengoptimalkan aset dengan mitra investasi atas sebagian lahan yang diubah statusnya menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) murni khususnya di The Nusa Dua.
ITDC memang dipercaya mempercepat pembangunan The Mandalika, salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Proyek ini di bangun diatas lahan seluas 1.174 hektare (ha).
Pengembangan The Mandalika sebagai kawasan pariwisata terintegrasi dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar berupa akses jalan kawasan, Utility Duct, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Jaringan Listrik dan fasilitas pendukung lainnya, serta Jalan Kawasan Khusus (JKK) atau Pertamina Mandalika International Circuit.
Sirkuit Mandalika sudah digunakan untuk ajang balapan motor kelas dunia, yakni World Superbike (WSBK) dan MotoGP. Namun, alih-alih menguntungkan, WSBK dan MotoGP justru mendatangkan kerugian.
Ari tidak menjelaskan kerugian akibat dua ajang balap bertaraf internasional itu. Ari menilai, WSBK dan MotoGP memberikan multiplier effect bagi masyarakat.
Dia menjelaskan, dampak ekonomi MotoGP 2022 mencapai Rp 3,57 miliar bagi perekonomian NTB dan Rp 4,5 miliar bagi perekonomian nasional. Penyelenggaraan MotoGP 2022 mencatat jumlah penonton mencapai 102.801 orang, serapan tenaga kerja 4.600 orang, estimasi belanja penonton Rp 545,22 miliar, perputaran uang penonton Rp 697,88 miliar, UMKM Rp 23,08 miliar.
Meski ada dampak positif terhadap perekonomian lokal, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney selaku induk usaha ITDC mengusulkan agar WSBK ditiadakan alias dihapus.
Komentar Erick Tohir
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai, utang yang dibukukan anak usaha PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney itu wajar karena digunakan untuk membangun proyek strategi nasional (PSN) Mandalika.Erick mengatakan, keuntungan dari proyek infrastruktur bersifat jangka panjang, sehingga tidak bisa dilihat dari kacamata jangka pendek. "Ya itu relatif, kan memang ada pembangunan infrastruktur. Seperti yang saya sampaikan pembangunan infrastruktur itu perlu waktu supaya bisa mendapatkan hal-hal yang positif (keuntungan). Tetapi kalau gak ada infrastruktur, gak ada pembangunan," ujar Erick di gedung DPR RI, Kamis (15/6).
Proyek Mandalika memang menjadi fokus pemerintah beberapa tahun lalu. PSN ini pun menelan anggaran yang tak sedikit. Salah satu yang dibangun dalam proyek itu adalah sirkuit bertaraf internasional yang digunakan untuk balapan motor bergengsi, MotoGP 2022.
Biaya untuk membangun Sirkuit Mandalika mencapai Rp1,2 triliun. Sumber pendanaan itu diperoleh dari investasi ITDC. Untuk pembangunan track line saja, diinvestasikan kurang lebih Rp900 miliar, belum termasuk race control dan pit building atau paddock.
"Setelah ada pembangunan MotoGP, pembangunan hotel kawasan Mandalika ini harus dipercepat, nah salah satunya bagaimana kita mengurangi beban keuangan dengan PMN sekalian juga terus mengembangkan kawasan Mandalika itu," kta Erick.
Untuk membayar kewajiban perusahaan, InJourney mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp1,05 triliun. Dana segar ini nantinya diterima oleh anak usaha InJourney, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation. Utang jangka panjang akan ditutup dengan sumber dana yang diperoleh BUMN Aviasi dan Pariwisata dari sejumlah efisiensi bisnis.
0 Komentar